KEBUMEN, Times7.id,- Ratusan Siswa SD Negeri 1 Gemeksekti Kebumen, cukup antusias memukul mukul dedaunan segar di selembar kain putih. Sesaat suara alunan pukulan palu, membahana di seantero lingkungan sekolah.

Bukan tanpa tujuan, para siswa memukul mukul dedaunan di selembar kain putih itu, sedang diajarkan membuat batik Ecoprint. Pengenalan batik yang disebut juga dengan batik ramah lingkungan ini, merupakan pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, kepada para siswa sekolah setempat.

Ketua Panitia Kegiatan Batik Ecoprint Sarah Atikah Samara saat ditemui awak media menuturkan kegiatan membatik ini, adalah Pelaksaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di lingkungan sekolah, dengan mengangkat tema batik ramah lingkungan. Dimana, kegiatan ini juga disambut baik oleh para orang tua siswa, sebagai bentuk pengenalan pembuatan batik kepada anak-anak mereka.

Sebelum kegiatan ini terealisasi, para siswa telah diajak melakukan kunjungan ke produsen batik yang berada di dukuh Tanuraksan Desa Gemeksekti, yang juga dikenal dengan kampung bathik.

” Kegiatan pada pagi hari ini adalah pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila, dimana  tema kita adalah batik ramah lingkungan, sebelumnya kita sudah melaksanakan orientasi, orientasi itu kegiatan pengenalan batik ramah lingkungan di setiap Minggu di kelas, kemudian kemarin baru saja melaksanakan kontekstualisasi yaitu kunjungan ke produsen batik ramah lingkungan yaitu batik ecoprint yang ada di Tanuraksan kemudian pada pagi hari ini aktualisasi yaitu pelaksanan pembuatan batik ecoprint oleh siswa itu sendiri,” ucapnya.

Dikatakan, untuk bahan bahan sendiri dalam membatik Ecoprint cukup sederhana, hanya menggunakan alat berupa palu, dan juga selembar plastik. Dedaunan yang telah disiapkan, kemudian di dusun sedemikian rupa di selembar kain putih, kemudian dipukul pukul atau disebut juga dengan teknik Pounding.

Dedaunan yang digunakan dalam membatik Ecoprint ini, adalah daun yang menghasilkan warna. Ini tentunya, bahan bahan tersebut sangat mudah ditemui di lingkungan sekitar.

“bahan bahan yang pertama yaitu kain sebagai media untuk membuat batik ecoprint, kemudian daun yang digunakan adalah yang menghasilkan warna, yang digunakan untuk motif batik itu sendiri, kemudian ada plastik alas, palu yang digunakan untuk memukul karena pada hari ini teknik yang kita gunakan adalah teknik pounding,” ujarnya.

Sementara itu Muntati salah seorang orang tua siswa mengaku sangat senang, dengan adanya pengenalan batik kepada para Siswa-siswi di SD N 1 Gemeksekti. Menurutnya, anak anak mereka bisa menambah ilmu dan pengalaman, tentang bagaimana tata cara membatik.

Dengan pengenalan batik kepada para siswa ini, tentunya akan melestarikan budaya warisan nenek moyang. Terlebih, desa Gemeksekti juga dikenal sebagai kampung batik, yang harapannya para siswa siswi disini bisa meneruskannya kelak.

” Untuk batik ramah lingkungan ecoprint ini kalo melihat anak-anak sangat antusias senang sekali ya untuk wali siswa yang ikut juga senang jadi tambah ilmu tambah pengetahuan terutama batik ramah lingkungan dengan menggunakan daun daun sekitar sekolah, sekolahan disekitar kan banyak daun bisa memanfaatkan dengan batik lingkungan ini, untuk anak anak dan ibunya menambah pengalaman sekali jadi tambah ilmu juga,” ucapnya.

Najma Putri Juliani siswi Kelas enak SDN 1 Gemeksekti mengaku membatik adalah pengalaman pertama baginya. Menurutnya, nggak ada kesulitan sama sekali, dan cukup mudah.

” Membatik tas dengan teknik ecoprint, nggak ada kesulitan, masukin daunnya lalu ditata terus dikasih plastik, belum pernah,”terangnya.

By times7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *