KEBUMEN, Times7.id,- Puskesmas Kebumen dua memiliki cara unik untuk mengetahui obat kadaluarsa. Apoteker menggunakan teknologi informasi untuk mengklasifikasikan obat yang memiliki batas waktu kadaluarsa.

Inovasi tersebut dinamakan Aplikasi Cinta Sobat Sirna, yang sebentar lagi juga akan direplikasi dan digunakan untuk membantu tenaga kesehatan di Kabupaten Kebumen. Aplikasi ini juga telah masuk di Inovasi Nakes Teladan 2023.

Kepala Puskesmas Kebumen 2 Drg. Siti Aminatun Zahro saat ditemui Selasa, (23/7) menuturkan aplikasi Cinta Sobat Sirna ini, untuk memonitor obat obat yang sebentar lagi akan kadaluarsa. Aplikasi ini memeberikan sinyal awal obat obat yang memiliki waktu kadaluarsa ditunjukkan dengan warna merah, kuning dan hijau.

” Mengetahui obat kadaluarsa ini sangat penting untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, akibat pemberian obat kadaluarsa ke pasien, dan juga mengefektif dan meng efisienkan anggaran, untuk pengadaan obat, kemudian obat obat yang kadaluarsa ini bisa diminimalisir,” ucapnya.

Aplikasi tersebut digunakan oleh petugas farmasi, dengan menginput obat yang masuk baik dari pengadaan mandiri maupun dari gudang farmasi, berikut nomor obat dan tanggal kadaluarsa. Kemudian, setiap penanggung jawab unit, baik seperti PKD dan Pusat Kesehatan Terpadu (Pustu) diberikan akses, untuk memonitor obat obat yang keluar di aplikasi tersebut.

Menurutnya, selama ini pemantauan obat kadaluarsa dilakukan dengan cara manual, dan ini tidak efektif, banyak kecolongan obat obat yang telah kadaluarsa. Hal itu, tentunya tidak menghemat biaya karena obat begitu mahal untuk pengadaan obat setiap tahunnya.

” Inovasi ini dikembangkan sejak tahun 2019, inovator masuk di tahun tersebut, ternyata disitu banyak sekali ditemukan beberapa kontainer obat obat yang kadaluarsa, kalo dinominalkan mungkin hampir Rp 33 juta, kemudian dari dasar itulah inovasi tersebut lahir menggunakan dasar tekhnologi membuat aplikasi tersebut, ini untuk pengembangan dan akan direplikasi,” jelasnya.

Sementara itu Inovator Cinta Sobat Sirna Wiji Sri Kusumaningsih mengatakan untuk penerapan inovasi ini, obat yang masuk ada nama dan tanggal kadaluarsa obat serta nomor batch, diinput di Apliaksi. Kemudian aplikasi tersebut terintegrasi ke jaringan Kesehatan.

Sehingga, para petugas kesehatan utamanya oleh petugas farmasi, yang bisa langsung melihat perubahan warna di aplikasi. Warna merah expired kurang dari tiga bulan, kuning expired tiga sampai enam bulan, dan warna hijau yang lebih dari tujuh bukan.

” Perubahan warna ini nanti otomatis, mungkin kita sekarang buka masih hijau, belum tentu tiga bulan lagi masih hijau, bisa berubah jadi kuning, jadi obat obat yang warna merah seperti ini harus diresepkan terlebih dahulu, biasanya dokter mencari pakai resep kaya gini, nanti dokter bisa mencari mana yang diresepkan terlebih dahulu,” pungkasnya.

By times7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *